WHO Berencana Mengganti Nama Monkeypox

- 13 Agustus 2022, 21:29 WIB
WHO tetapkan cacar monyet darurat kesehatan global
WHO tetapkan cacar monyet darurat kesehatan global /@WHO

JEMBRANABALI.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sedang mengadakan forum terbuka untuk mengganti nama penyakit monkeypox setelah semakin banyak kritik yang muncul terkait nama penyakit itu menimbulkan kekhawatiran bisa menghina atau memiliki konotasi rasis.

Dalam sebuah pernyataan Jumat (12/8), badan kesehatan PBB mengatakan mereka juga telah mengganti nama dua keluarga, atau clade, dari virus, dengan menggunakan angka Romawi alih-alih menggunakan wilayah geografis, demi menghindari stigmatisasi. Versi penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai Kongo Basin sekarang akan dikenal sebagai Clade satu atau I dan clade Afrika Barat akan dikenal sebagai Clade dua atau II.

WHO mengatakan keputusan itu dibuat setelah pertemuan para ilmuwan minggu ini dan itu sejalan dengan best practice terkait penamaan penyakit, yang bertujuan “mencegah hal-hal yang bisa menyerang terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis, dan meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata atau kesejahteraan hewan.''

Banyak penyakit lain, termasuk ensefalitis Jepang, virus Marburg, influenza Spanyol, dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah diberi nama berdasarkan wilayah geografis tempat penyakit itu pertama kali muncul atau diidentifikasi. WHO belum secara terbuka menyarankan untuk mengubah nama-nama itu.

Baca Juga: Kejutan Para Tim Promosi di Minggu pertama Liga Premier Inggris, Yuk Kenal Lebih Lanjut dengan Mereka

Monkeypox pertama kali dinamai pada tahun 1958 ketika monyet penelitian di Denmark diamati memiliki penyakit "seperti cacar".

WHO mengatakan pihaknya juga membuka jalan bagi publik untuk menyarankan nama baru untuk cacar monyet, tetapi tidak mengatakan kapan nama baru akan diumumkan.

Sampai saat ini, ada lebih dari 31.000 kasus cacar monyet yang diidentifikasi secara global sejak Mei, dengan mayoritas di luar Afrika. Cacar monyet telah menjadi endemik di beberapa bagian Afrika tengah dan barat selama beberapa dekade dan tidak disadari telah memicu wabah besar di luar benua itu hingga Mei.

WHO menyatakan penyebaran global cacar monyet sebagai keadaan darurat internasional pada bulan Juli dan AS menyatakan epideminya sendiri sebagai keadaan darurat nasional.

Di luar Afrika, 98 persen kasus terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Dengan pasokan vaksin global yang terbatas, otoritas kesehatan harus  berlomba untuk menghentikan cacar monyet sebelum ia berkembang menjadi penyakit baru.

Halaman:

Editor: Sri Wahyu Ningsih

Sumber: koreatimes.co.kr


Tags

Terkait

Terkini

x