Para ilmuwan Ingatkan Pentingnya Kesiapan Dampak Global Bencana Gunung Berapi Besar

- 19 Agustus 2022, 08:50 WIB
Ikustrasi letusan gunung berapi
Ikustrasi letusan gunung berapi /Husni habib /Pixabay

JEMBRANABALI.COM - Para ilmuwan memperingatkan para pemerintah untuk siap akan dampak global yang ditimbulkan bencana gunung berapi besar, yang dapat mengganggu rantai pasokan, memiliki efek jangka panjang pada iklim, dan memukul pasokan makanan global.

Dalam sebuah artikel di jurnal Nature, tim ahli dari Pusat Studi Risiko Eksistensial Universitas Cambridge dan Universitas Birmingham mengatakan kurangnya investasi kolektif pemerintah dalam merencanakan, memantau, dan menanggapi potensi bencana gunung berapi.

Dr Lara Mani, seorang ahli risiko global mengatakan “Data yang dikumpulkan tentang frekuensi letusan menunjukkan ada satu dari enam kemungkinan ledakan berkekuatan tujuh magnitude di seratus tahun ke depan.”

Dr Mani mengatakan potensi risiko yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi raksasa dapat dibandingkan dengan asteroid selebar 1 km yang menabrak Bumi.  “Letusan raksasa seperti itu telah menyebabkan perubahan iklim yang tiba-tiba dan runtuhnya peradaban di masa lalu.”

Baca Juga: Luar Biasanya Serena Williams, Berikut Deretan Prestasi Grand Slamnya

Letusan gunung berapi di Tonga pada bulan Januari adalah peristiwa gunung berapi terbesar yang pernah tercatat secara instrumental.

Jika itu berlangsung lebih lama, lebih banyak abu dan gas terlepas, bila terjadi di daerah yang penuh dengan infrastruktur penting - seperti Mediterania - maka gelombang kejut global bisa sangat menghancurkan.

Letusan yang sepuluh hingga seratus kali lebih besar dari ledakan Tonga terjadi setiap 625 tahun sekali – dua kali lebih sering dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Letusan terakhir berkekuatan tujuh skala richter terjadi pada tahun 1815 di Indonesia,” kata Dr Mike Cassidy, seorang ahli gunung berapi yang berbasis di University of Birmingham.

“Diperkirakan 100.000 orang meninggal secara lokal, dan suhu global turun rata-rata satu derajat, menyebabkan kegagalan panen massal yang menyebabkan kelaparan, pemberontakan kekerasan, dan epidemi dalam apa yang dikenal sebagai tahun tanpa musim panas,” katanya.

Halaman:

Editor: Sri Wahyu Ningsih

Sumber: msn.com


Tags

Terkait

Terkini

x