Dugaan Rumah Sakit Nakal Memanipulasi Pasien Positif Corona

- 3 November 2022, 02:18 WIB
Gejala yang ringan infeksi virus corona inilah yang membuat angka positif Covid-19 di berbagai daerah selalu naik dan turun (fluktuatif) setiap hari
Gejala yang ringan infeksi virus corona inilah yang membuat angka positif Covid-19 di berbagai daerah selalu naik dan turun (fluktuatif) setiap hari /foto ANT

JEMBRANABALI.COM - Kasus terkait dengan 'rekayasa' pasien positif Covid-19, tampaknya lebih dari sekadar penemuan. Pengaduan dari beberapa kelompok masyarakat yang berdemonstrasi di luar rumah sakit bahkan memaksa pasien dan jenazah masuk rumah sakit semakin memperkuat anggapan tersebut.

Memang, Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah mengeluh kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tentang rumah sakit "nakal" yang diduga merawat pasien COVID-19 di banyak daerah.

Said saat rapat kerja dengan Menteri Kesehatan, Rabu (15/7). Politisi PDI-P "mengeluh" kepada Terawan bahwa pihak rumah sakit sengaja menyatakan pasien positif virus corona demi mendapatkan dana APBN.

Baca Juga: Yang Perlu Kita Ketahui Di Balik Seramnya Malam Halloween

"Harus kita akui bisa juga kenakalan rumah sakit yang positif Covid-19, bukan pasien corona. Alhasil, keluarga jelas tidak terima. Sudah dua minggu di pengadilan. Penyelidikan lebih lanjut mengungkap bahwa rumah sakit dengan sengaja menyatakan pasien positif virus corona guna mendapatkan dana dari pemerintah untuk anggaran penanggulangan Covid-19.

“Jika setiap pasien dinyatakan meninggal karena Covid-19, maka rumah sakit yang terkena akan mendapat anggaran sebesar Rp 45 juta hingga Rp 90 juta kejadian ini viral yang tersebar di Pasuruan, Jambi, Ciamis, dll,” ujar pria kelahiran Sumenep ini.

Oleh karena itu, Said mendesak pada menteri kesehatan untuk proaktif mengunjungi masyarakat untuk mempelajari secara langsung bagaimana kontroversi dan masalah muncul, terutama terkait penanganan virus corona di rumah sakit. Said juga mengkritik pengendalian anggaran Covid-19 Kementerian Kesehatan, namun tingkat penyerapannya diyakini masih sangat rendah.

Editor: Shella Audiati Nurjana


Tags

Terkait

Terkini

x