Heboh, Contoh Amputasi Tertua Di Dunia Ditemukan di Kalimantan

- 9 September 2022, 12:50 WIB
Ilustrasi. Penemuan kerangka contoh amputasi tertua di dunia
Ilustrasi. Penemuan kerangka contoh amputasi tertua di dunia /pixabay/outsideescape/

JEMBRANABALI.COM - Kerangka manusia berusia 31.000 tahun yang ditemukan di daerah terpencil di Indonesia, menulis ulang apa yang kita ketahui tentang prosedur medis pengobatan dini, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah mingguan, Nature.

Para ilmuwan mengatakan bahwa kerangka seorang dewasa muda yang ditemukan di sebuah gua di Kalimantan itu adalah contoh tertua yang diketahui tentang amputasi anggota tubuh yang berhasil.

"Ini menulis ulang pemahaman kami tentang pengembangan pengetahuan medis," kata Tim Maloney, seorang peneliti di Griffith University Australia, yang memimpin pekerjaan tersebut.

Baca Juga: Pesona 7 Tempat Wisata yang Dicetak Pada Uang Baru Tahun 2022

Sebelumnya contoh tertua yang diketahui tentang amputasi anggota tubuh adalah kerangka berusia sekitar 7.000 tahun dari Prancis, yang lengan kirinya telah diangkat melalui pembedahan dan kemudian sebagian telah sembuh.

Penemuan itu telah membuat para peneliti percaya bahwa operasi seperti ini terjadi dalam masyarakat pertanian yang mapan.

Kini penemuan terbaru di Kalimantan itu mengubah gagasan itu dan menunjukkan bahwa pemburu-pengumpul Zaman Batu memiliki pemahaman yang jauh lebih canggih tentang anatomi dan perawatan luka daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Baca Juga: Los Angeles Forum: 26 April 1969, Album Jimi Hendrix Terbaru Siap Rilis

Kerangka ini awalnya ditemukan pada tahun 2020 di gua Liang Tebo, yang dikenal dengan contoh kuno seni cadas, yang sudah ada sejak 40.000 tahun yang lalu.

Kerangka itu ditemukan dengan bagian bawah kaki kiri hilang. Setelah pemeriksaan lebih lanjut ditemukan bahwa tulang-tulang itu tidak hanya hilang, namun telah diangkat. Bagian yang tersisa dari kaki kiri menunjukkan luka bersih yang menunjukkan pertumbuhan kembali dan tidak memiliki bukti trauma seperti hancur atau terpecah.

Halaman:

Editor: Sri Wahyu Ningsih

Sumber: DW.com


Tags

Terkait

Terkini

x